Rabu, 17 Juni 2009
Pantai Camplong
Madura…….oh…..madura. Saat ini namamu begitu melanglang buana hingga ujung papua. Bahkan sampai Negara tetangga.
Itulah sepenggal kata-kata yang dapat aku gambarkan tentang kondisi Madura saat ini. Belum reda kehebohan masyarakat Indonesia terutama masyarakat GerBangKertaSuSiLa (Gersik, Bangkalan,Mojokerto,Surabaya,Sidoarjo,Lamongan) , yang saat ini berganti nama menjadi GerMaKertaSuSiLa (Gersik, Madura, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) Karena adanya sebuah mahakarya anak bangsa yang dapat menghubungkan dua benua,yang kini menjadi kebanggaan bangsa (mengutip dari pidato presiden saat peresmian jembatan Suramadu).
Tapi bukan itu yang ingin aku ceritakan, melainkan sisi lain dari pulau madura tentang keindahan alam yang membentang indah dan luar biasa dari ujung Bangkalan hingga Sumenep, bahkan hingga pulau terluarnya Masalembu. Yang begitu eksotis tapi jarang diketahui oleh banyak orang bahkan masayarakat Surabaya sekalipun.
Namun karena keterbatasan yang begitu banyak membatasi hingga aku tak sanggup untuk menceritakan semuanya (he….he….piss) ;D.
****
Sampang adalah sebuah kabupaten yang terletak diantara Kabupaten Bangkalan Dan Kabupaten Pamekasan. Dan Kabupaten terdekat kedua setelah Bangkalan jika melakukan perjalanan dari Surabaya. Jarak antara Sampang dan Surabaya sekitar 98KM atau menempuh sekitar 4 jam lebih perjalanan dari pelabuhan Kamal, Madura. Dan Sekitar 5 jam jika ditempuh dari pusat kota Surabaya (sudah termasuk waktu untuk antri dan menyebrang dengan jasa kapal fery). Sebuah jarak yang lumayan jauh jika harus ditempuh dengan menggunakan motor. Tentu saja saat ini bisa lebih cepat jika harus melewati jembatan Suramadu, jembatan terpanjang se-Asia Tenggara dan memiliki panjang sekitar 5,4km tersebut. Mungkin bisa menghemat waktu hingga 30menit.
Memiliki pantai berpasir putih, Pantai itu benama Pantai Camplong terletak di Desa Tambaan, Kecamatan Canplong, Kabupaten Sampang. Dan Berada di jalan utama Kabupaten.
Pantainya begitu indah dengan deburan ombak yang tenang dan memiliki kebersihan yang terjaga. Airnya berwarna hijau kekuningan jika terlalu dekat dengan bibir pantai jika agak sedikit ke tengah maka airnya berwarna kebiruan. Di sepanjang pantai terdapat banyak pohon cemara yang berdiri tegak persis di tepian pantai menambah ke-eksotis-an pantai tersebut. Di sepanjang pantai juga terdapat perahu-perahu nelayan pencari ikan yang siap mengantarkan kita berkeliling mengitari pantai.
Bagi yang suka berenang, tempat ini cocok buat berenang karena ombaknya yang tenang dan memiliki kontur pantai yang landai sehingga aman jika dijadikan tempat untuk berenang tapi jangan terlalu ketengah. Jika beruntung maka akan menemukan ubur-ubur yang sedang asyik berenang, tapi kurang tahu beracun apa tidak.
Jika ingin berlama-lama, jangan kuatir ada hotel yang bisa menampung anda untuk sekedar beristirahat atau bahkan bermalam.
*****
Malam itu, tepatnya minggu malam. Lagi asyik-asyiknya nonton termehek-mehek, tiba-tiba seorang teman menghubungi mengajak untuk melakukan kebiasaan yang sudah hampir satu bulan tidak kami (aku dan kawan-kawan) lakukan. Yaitu kebiasaan suka jalan-jalan entah kemana tergantung roda motor mau berputar kemana.
Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke pulau Madura, WHat….pulau Madura. Tak satupun dari kami mengenal pulau Madura, walau beberapa dari kami pernah ke pulau yang memilki nama lain pulau garam tersebut. Berbekal sebuah cerita dari teman tentang keindahan pantai di Pulau Madura akhirnya kami memutuskan untuk nekat pergi kesana, padahal tak satupun dari kami tahu soal Madura.
Usut punya usut, kami memutuskan untuk mengajak teman yang tahu soal Madura. Tak tanggung-tanggung kami mengajak putra asli Madura. Namanya Syafi’i ia asli kelahiran Bangkalan tetapi ia dibesarkan di Surabaya. Mendapat ajakan dari kami ia begitu bersemangat dan ia berjanji untuk mengajak kami mampir ke rumah Mbah nya.
Pagi itu begitu cerah, secerah hati kami mungkin. Kami berangkat berempat, aku, Hendy, Bayu dan Guide kami Syafii. Menaiki kendaran kebanggaan kami, yang selalu setia kemanapun kami pergi (he…he). 2 motor telah siap mengantarkan kami sampai ke tempat tujuan (padahal gak punya tujuan).
Berangkat dari Surabaya sekitar jam8 pagi. Sampai di pelabuhan ujung, Tanjung Perak setengah jam kemudian. Tak begitu lama kami menunggu fery, dari ujung pelabuhan terlihat fery hendak merapat di pelabuhan. Terlihat banyak sekali rombongan yang hendak menyebrang, mungkin karena hari ini hari libur sehingga banyak orang rantau yang hendak balik ke Madura untuk mengisi liburan.
Kapal membunyikan sirine (atau apalah namanya), dan pintu kapal mulai dinaikan. Perlahan mulai meninggalkan pelabuhan.
Perlahan tapi pasti kapal mulai menyebrangi selat madura. Dari kejahuan terlihat jembatan Suramadu, tapi saat itu belum benar-benar tersambung antara sisi Madura dan Sisi Surabaya, tapi sudah terlihat kemegahanya. Dan disisi pelabuahan tepatnya sebelah timur dari pelabuahan ujung terdapat monumen patung Jalasveva Jayamahe, Patung yang memiliki tinggi 30,6m dan titopang oleh gedung setinggi 30m, kabarnya sempat menjadi patung tertinggi kedua setelah patung Lyberti di Amerika (sotoy…..).
Setelah menapakkan kaki di tanah Madura, sesegera mungkin perjalanan kita lanjutkan karena begitu panas terik matahari.
Sempet kebingungan juga disana, mau kemana nie gak ada tujuan. Pada saat inilah peran guide benar-benar kami manfaatkan. Melaju menyusuri Bangkalan dari kota hingga daerah pegunungan dengan jalanan yang khas naik turun, yang menarik jalanan begitu lurus hampir tidak ada belokan. Mungkin karena jalanan begitu lurus hingga kami merasa tak ada ujung. Sesekali kami memasuki hutan dan tak begitu lama ketemu lagi sama pemukiman penduduk terus Pasar, begitulah seterusnya hingga memasuki kabupaten Sampang.
Pada posisi seperti ini, Psikologi kami terguncang (bahasane rek). Ditengah perjalanan keimanan kamipun diuji (“_”) antara terus melanjutkan perjalanan atau kembali pulang. Dengan tekat yang bulat dan semangat yang besar (Merdeka!!!!). Kita taklukan bumi Madura ( Glodak ).
Sampai juga kita pada sebuah kota dan tenyata kota itu adalah Sampang, Setelah melawati Pasar Sampang, kita dihadang oleh pertigaan, untung rambu2 disana cukup lengkap, dan jika ingin mencapai pantai camplong harus belok kanan.
Hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Pasar…..Kami mencium bau segar suasana pantai dan sedikit amis tentunya karena banyak warga menjemur ikan. Mata kami berbinar saat melihat plat besar bertuliskan Pantai Camplong.
Untung Hendy sang pencetus ide, tahu kalo ingin masuk mending lewat samping jangan lewat hotelnya, katanya biaya masuk lebih mahal. Benar juga lewat samping kita hanya dikenakan biaya Rp.1500,-. Tak tahu pasti berapa biaya masuk jika harus lewat pintu masuk resminya, yang jelas lebih mahal.
Begitu masuk area pantai, Rasa lelah selama perjalanan hampir lima jam terobati juga. Pantainya berpasir putih, lautnya biru membentang hingga tak terlihat ujungnya, sungguh kekuasaan Tuhan yang begitu menakjubkan. (lihat kondisi detilnya diatas…..hehe, lagi malas nulis nie).
Motorpun langsung kami parkir, dan yang menarik disini, tidak disediakannya lahan parkir jika harus masuk lewat pintu samping, tapi jika lewat pintu utama disediakan lahan parkir tersendiri. Dengan tidak disediakanya lahan parkir, motor kami pun bisa dengan leluasa menelusuri tiap jengkal pasir pantai hingga ujung pantai.
Senam sebentar sebelum terjun ke air karena perjalanan yang lumayan lama. Panatat terasa panas dan pegal karena menempuh perjalanan yang lumayan menguras emosi.
Airnya hangat tidak terlalu dingin, tapi ketika terus berjalan ke tengah semakin lama air terasa semakin dingin. Itu tandanya air semakin dalam. Walau berjalan terus kearah tengah, terasa kaki ini masih menginjak pasir.
Terlihat dari kejahuan beberapa rombongan menikmati suasana pantai. Sesekali mereka berlari berkejaran dan saling mendorong.
(Ting…..ada gambar bohlam menyala diatas kepala). Aha….Pasti seru jika kami saling mendorong satu dengan yang lain, kapan lagi kami merasa bebas seperti ini tanpa rasa malu atau canggung sedikitpun. Dan alhasil semua menjadi basah, kecuali sang Guide kita, rupanya ia terlalu canggung. Ia memlilih untuk berada ditepi pantai, sesekali ia jepret sana jepret sini, mengabadikan momen berharga seperti ini.
Bosen main air, foto-foto sebentar buat kenang-kenangan.
Akhirnya waktu yang mengharuskan kita untuk meninggalkan pantai ini.
Perjalanan pulang kami mampir sebentar untuk berkunjung kerumah teman yang berada di Sampang. Setelah pencarian (harus bolak-balik mencari alamat rumahnya). Dari kejahuan seorang memanggil kami, dan itulah akhir dari pencarian kami.
Beberapa gelas minuman mengawali obrolan kami, dilanjutkan dengan makan rujak Madura yang khas ditambah kerupuk putih membuat perut kosong kami menjadi terisi. Sapaan hangat dari keluarga nya, membuat kami serasa di tanah sendiri. Satu sak jagung telah ia siapkan untuk menyambut kami, dibakar dulu biar lebih nikmat rasanya walau udara siang itu lumayan panas.
Dari A sampai Z sudah kita bahas, hingga kami harus meminta pamit untuk meneruskan perjalanan pulang , takut kemalaman mengingat medan yang kita lalui cukup berat (*o*).
Perjalanan kami lanjutkan, rute jalan sama seperti waktu kami berangkat. Sebelum pulang Sang tour guide kita memenuhi janjinya untuk berkunjung ke rumah Mbah nya di daearah Bangkalan. Mampir dan istirahat sebentar, setelah itu kami lanjutkan perjalanan untuk kembali pulang.
Oia, ketika hendak sampai kerumah mbahnya, ada sebuah spot yang menyita perhatian kami sehingga kami sempatkan untuk berhenti sejenak sekedar ambil gambar.
Pelabuhan Kamal telah menyambut kami, Begitu ramai suasana pelabuhan malam ini. Hingga kami harus antri cukup lama untuk menaiki kapal fery. Tuhan begitu baik kepada kami, Tuhan telah mengabulkan doa kami dan mengirimkan fery untuk mengantarkan kami kembali ke Surabaya.
Kapal mulai bersandar dan pintupun dibuka, dari dalam kapal sejumlah kendaraan dan manusia berebut untuk keluar. Petugas pelabuhan tak tinggal diam, mereka mengatur arus keluar supaya tertib dan berjalan lancar.
Akhirnya kami bisa menyebrang walau harus berdesak-desakan, Kami meningglkan pelabuhan Kamal kira-kira pukul 7 malam. Setengah jam kemudia kami sudah sampai di Surabaya dan terus kembali pulang.
Info Penting : Jika telalu malam untuk kembali ke Surabaya ada baiknya cari tempat untuk bermalam, karena perjalan dari Sampang ke Bangkalan harus melewati hutan yang masih belum ada penerangan jalan, sehingga terlalu berbahaya jika harus dilewati.
Ambil hanya foto, tinggalkan hanya jejak kaki.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hoooii liburan nggak ajak-ajak aku!!!
BalasHapusAku pengen ngikut!!
Lain kali klo ada acara kayak gini ajakin aku dunk!! :D
oke....kemarin gak ada rencana blas..
BalasHapuscuman terlintas aja pengen kesana...
Biar rame tolong kamu ikut di blog punyaku dunk!! klik follow di blog punyaku!! OK thank's
BalasHapus